Rabu, 12 September 2007

Merak Dituding Sengaja Buat Antrean Truk

Pengemudi kendaraan pengangkut barang menuding terdapat unsur kesengajaan dalam peristiwa penumpukan kendaraan yang tejadi dalam dua bulan terakhir ini di Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauhuni (Lampung). Hampir setiap akhir pekan terjadi antrean panjang. Seharusnya, pihak pelabuhan sudah tahu bahwa menjelang puasa, pasti terjadi peningkatan arus barang dari Pulau Jawa-Sumatera atau sebaliknya.

Kesan adanya unsur kesengajaan itu menyebar di kalangan pengemudi. Ada pengemudi yang mengaitkan kesan itu dengan permainan oknum-oknum tertentu untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan kelompoknya. Dengan terjadinya penumpukan barang, oknum-oknum itu bisa menawarkan berbagai jasa mulai dari jasa keamanan, jalur tembak dan sebagainya.

Sebagian pengemudi juga menengarai penumpukan kendaraan itu merupakan upaya pengelola pelabuhan menekan pemerintah pusat agar tarif penyeberangan dinaikkan. Sebab dengan keruwetan dan penumpukan kendaraan, pengelola pelabuhan beralasan bahwa peristiwa itu disebabkan minimnya pendapatan akibat tarif saat itu.

Penumpukan kendaraan pengangkut barang di Pelabuhan Penyeberangan Merak, Kota Cilegon, Provinsi Banten semakin parah. Antrean truk kembali memadati ruas Jalan Tol Jakarta-Merak, tepatnya hingga di Km 97.600 atau sejauh 7 Km. Namun Minggu (9/9) malam, antrean kendaraan truk sudah mulai menyusut. Antrean tersebut mulai menyusut tinggal 3 kilometer dari arah pelabuhan.

Sementara itu, Manajer Operasional ASDP Indonesia Ferry Merak, Endin Juhaendi membantah penumpukan kendaraan itu merupakan rekayasa atau terdapat unsur kesengajaan. Penyebab penumpukan kendaraan kali ini adalah gelombang laut di Selat Sunda sangat besar sejak Kamis (6/9). Tingginya gelombang laut ini menyebabkan kapal-kapal roro kesulitan untuk sandar di dermaga, baik di Merak maupun di Bakauheuni. Ini mengakibatkan bertambahnya waktu sandar yang pada akhirnya mengurangi jumlah trip kapal. Kalau trip berkurang berarti jumlah penumpang dan kendaraan yang diseberangkan berkurang.

Kondisi ini bertambah parah karena sebagian kapal roro masih menjalani perawatan atau docking. Dari 22 kapal yang ada, 6 kapal masuk docking. Sisanya, 16 kapal melayani penyeberangan di Selat Sunda. Namun kapal yang beroperasi itu memiliki kapasitas muat kendaraan relatif kecil berkisar 30-40 kendaraan per kapal. Sedangkan kapal yang docking justru memiliki kapasitas muat di atas 150 kendaraan per kapal. Jadwal keberangkatan kapal roro juga semakin lambat akibat pengisian BBM kapal roro di tengah laut yang memerlukan waktu 6 jam, sehingga sangat mempengaruhi kapasitas muat seluruh kapal roro.

Tidak ada komentar: